Jumat, 25 Januari 2013

pertumbuhan ekonomi 2009-2011



KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasihNya, atas anugrah hidup dan kesehatan yang telah kita terima, serta shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita seperti derasnya hujan yang menyirami bumi.
Alhamdulillah berkat petunjuk dan pertolongan dari Allah semata saya dapat menyelesaikan makalah ini. Di dalam makalah ini saya selaku penyusun hanya berusaha menyajikan judul Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2009-2011 dengan sebaik-baiknya.
Harapan saya, semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua  pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan ini.


Banjarmasin, Januari  2013

Penyusun



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dewasa ini banyak Negara di dunia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.[1] Jadi Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan dalam kegiatan perekonomian yang menyebabkan produksi barang dan jasa bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi[2], yaitu :
1.      Tanah dan kekayaan alam lainnya
2.      Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja
3.      Barang-barang modal dan tingkat teknologi
4.      Sistem sosial dan sikap masyarakat
5.      Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
Di tengah kondisi dunia yang sedang krisis, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatat hasil positif. itu tercermin dari hasil pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terus meningkat dari tahun 2009 sampai 2011. Namun, menurut pengamat ekonomi Indonesia for Global Justice, Salamuddin Daeng, pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong anomali. Alasannya karena pertumbuhan ekonomi tidak diikuti peningkatan kesejahteraan masyarakat.
            Menurut Daeng ada empat faktor yang membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia anomali, yaitu:
1.       ekonomi Indonesia digerakkan oleh utang luar negeri yang angkanya terus naik.
2.       pertumbuhan ekonomi didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat yang bersumber dari naiknya harga sandang dan pangan, serta ditopang dari pertumbuhan kredit, khususnya kredit konsumsi.
3.       pertumbuhan ekonomi didorong ekspor bahan mentah, sehingga tidak banyak menciptakan nilai tambah dan lapangan pekerjaan.
4.       pertumbuhan ekonomi didorong oleh investasi luar negeri yang membuat sumber daya alam kian dikuasai asing.[3]
B.     Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, saya akan coba membahasan :
1.      Bagaimana pertumbuhan ekonomi tahun 2009 ?
2.      Bagaimana pertumbuhan ekonomi tahun 2010 ?
3.      Bagaimana pertumbuhan ekonomi tahun 20011?
C.    Tujuan Penulisan Makalah
Dalam penulisan makalah saya ini di maksudkan agar kita mengetahui laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2009 sampai 2011.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    Tabel Pertumbuhan Ekonomi
Sebelum membahas apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, kita lihat dulu tabel pertumbuhan ekonomi berserta GDP atau PDB.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009 – 2011[4]
TAHUN
Nilai (Miliar Rupiah) dan pertumbuhan (%)
PDB
%
2009
2010
2011
2,178,850.4
2,313,838.0
2,463,242.0
4,6
6,1
6,5


B.     Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2009
Kondisi perekonomian global yang masih mengalami tekanan akibat krisis, menyebabkan memperlambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2009. Perlambatan ekonomi domestik akibat kontraksi ekspor serta suku bunga perbankan yang masih tinggi, yang menyebabkan pada melambatnya pertumbuhan investasi. Dengan penurunan ekspor dan investasi ini, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini banyak ditopang oleh kegiatan konsumsi domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah. Peran konsumsi secara keseluruhan masih mampu menopang kegiatan ekonomi Indonesia tahun 2009 untuk tetap tumbuh positif sebesar 4,5%. Meskipun lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 6,1%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009 juga lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi negara lain yang sebagian besar mencatat kontraksi. Secara keseluruhan pengaruh kuat perlambatan ekonomi dunia mengakibatkan ekspor barang dan jasa pada tahun 2009 mencatat kontraksi 9,7% atau merupakan kinerja ekspor terburuk dalam dekade ini.

Investasi pada tahun 2009 tumbuh 2,8% atau melemah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya. Berdasarkan jenis investasi, perlambatan pertumbuhan investasi dipengaruhi oleh penurunan PMA yang tercatat Rp133,8 triliun pada tahun 2009, turun 27,2% dibandingkan dengan capaian tahun 2008. Sementara itu, penanaman modal dalam negeri meningkat dari Rp20,4 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp37,8 triliun pada tahun 2009.
Di tengah kinerja ekspor yang menurun dan investasi yang melambat tersebut, konsumsi rumah tangga masih tumbuh kuat sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi. Konsumsi rumah tangga pada tahun 2009 masih tumbuh 4,85%. Sejalan dengan besarnya pangsa konsumsi rumah tangga terhadap PDB yang mencapai 58%, pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih tinggi secara keseluruhan cukup berperan mendukung pertumbuhan ekonomi tahun 2009.
Pertumbuhan kuat konsumsi rumah tangga antara lain didorong oleh kontribusi positif pelaksanaan Pemilu 2009, serta peningkatan keyakinan konsumen dan pendapatan. Inflasi cukup rendah selama tahun 2009, pada satu sisi, telah menjaga daya beli dan keyakinan masyarakat untuk tetap dapat melakukan konsumsi. Pada sisi lain, kenaikan gaji dan peningkatan nilai tukar petani semakin memperbaiki daya beli masyarakat sehingga mendukung masih kuatnya konsumsi.
Peran konsumsi rumah tangga yang cukup kuat juga dipengaruhi oleh dampak positif konsumsi pemerintah yang cukup besar. Peningkatan terbesar konsumsi pemerintah tumbuh tinggi sebesar 19,25% antara lain dipengaruhi oleh besarnya pengeluaran terkait Pemilu. Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah juga dipengaruhi dengan  komitmen pemerintah meningkatkan stimulus fiskal. Beberapa stimulus fiskal yang memengaruhi konsumsi pemerintah dan kemudian memberikan dampak pengganda kepada perekonomian, termasuk konsumsi rumah tangga, antara lain adalah implementasi jaring pengaman sosial dalam bentuk program Bantuan Langsung Tunai (BLT), pengurangan pajak penghasilan, serta kenaikan gaji dan realisasi ke-13 bagi PNS/TNI. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan konsumsi pemerintah mencapai 15,7%, meningkat dari 10,4% pada tahun 2008.
Selain itu, peran konsumsi juga cukup terlihat dalam Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada PDB sektoral banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan yang tetap tinggi pada sektor non-tradable seperti sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa. Sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi yang masing-masing tumbuh sebesar 13,78% dan 15,53%. Berbeda dengan kinerja sektor nontradable tersebut, sektor tradable seperti  sector industri pengolahan cukup signifikan terimbas gejolak eksternal. Pertumbuhan sektor industri pengolahan, yang memiliki pangsa sekitar 45% terhadap ekspor nasional, turun pada tahun 2009 menjadi 2,1%.  peningkatan kinerja yang cukup signifikan ditunjukkan oleh sektor pertambangan yang mencatat peningkatan pertumbuhan menjadi 4,37% sejalan dengan dampak positifnya pertumbuhan ekspor batubara.
Satu faktor yang tetap mendukung kuatnya permintaan domestik ini adalah peran positif UMKM. Salah satu indikator yang menunjukkan peran UMKM ialah masih kuatnya pertumbuhan kredit UMKM pada tahun 2009 yang mencapai 16,3%.  Meskipun di sisi lain kredit non-UMKM hanya tumbuh sebesar 4,0%.
Peran kuat permintaan domestik juga didukung oleh beberapa penyesuaian perilaku sektor swasta domestik. Pada satu sisi, pelaku swasta domestik merespons gejolak ekonomi global dengan meningkatkan efisiensi. Pada sisi lain, penyesuaian juga dilakukan dengan memanfaatkan dana internal yang tidak sensitif terhadap suku bunga sebagai respons suku bunga kredit perbankan yang masih cukup tinggi.[5]

C.    Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2010
Di tengah kondisi perekonomian global yang semakin kondusif tersebut, perekonomian Indonesia pada tahun 2010 tumbuh mencapai 6,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,6%. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat tersebut didukung oleh peran investasi dan ekspor yang meningkat. Peningkatan investasi pada tahun 2010 semakin menggembirakan mengingat sifatnya yang menambah kapasitas perekonomian sebagaimana diindikasikan oleh meningkatnya peran investasi nonbangunan, khususnya investasi mesin. Sementara itu, perbaikan kinerja ekspor juga diikuti oleh semakin terdiversifikasinya komoditas dan pasar tujuan ekspor. Hal ini tercermin pada membaiknya kinerja sektor-sektor yang menghasilkan komoditas yang diperdagangkan secara internasional (tradable sector), khususnya industri pengolahan. Meskipun demikian, sektor nontradable masih menjadi sektor penopang utama pertumbuhan ekonomi, terutama sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Perkembangan yang kondusif di perekonomian global tersebut mendukung kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2010. Pada tahun laporan, NPI mencatat  surplus yang cukup besar mencapai 30,3 miliar dolar AS, baik yang bersumber dari transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial. . Ekspor mencatat pertumbuhan yang tinggi sehingga mampu mempertahankan surplus transaksi berjalan di tengah impor dan pembayaran transfer pendapatan yang meningkat tajam. Sementara itu, seiring dengan kuatnya aliran masuk modal asing, neraca transaksi modal dan finansial mencatat surplus yang sangat besar dengan komposisi yang semakin membaik. Hal ini tercermin dari kuatnya aliran masuk modal asing dalam bentuk  investasi langsung (FDI) yang meningkat tajam, di samping investasi dalam bentuk portofolio yang juga meningkat cukup signifikan. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir tahun 2010 tercatat sebesar 96,2 miliar dolar AS, cukup memadai untuk mendukung kebutuhan impor dan kewajiban eksternal, serta memberikan keyakinan dalam menjaga stabilitas nilai tukar.
Sejalan dengan perkembangan NPI tersebut, nilai tukar rupiah mencatat apresiasi dan disertai volatilitas yang cukup rendah. Selama tahun 2010, nilai tukar rupiah secara rata-rata menguat 3,8% dibanding dengan akhir tahun 2009 menjadi Rp 9.081 per dolar AS. Kinerja nilai tukar rupiah tersebut didukung oleh terjaganya persepsi positif terhadap perekonomian Indonesia sebagaimana diindikasikan oleh meningkatnya peringkat utang Pemerintah dan indeks risiko yang membaik. Apresiasi nilai tukar rupiah pada tahun laporan juga cukup moderat dibandingkan dengan negara-negara kawasan sehingga tidak mengganggu kinerja ekspor secara signifikan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan dalam mengelola arus masuk modal asing dalam rangka memperkuat daya tahan perekonomian dalam menghadapi pembalikan arus modal jangka pendek.
Inflasi Indeks Harga Komsumen (IHK) pada tahun 2010 tercatat 6,96%.  Komoditas bahan pokok seperti beras dan aneka bumbu memberi kontribusi kenaikan harga yang sangat besar sehingga inflasi kelompok volatile food mencapai 17,74%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 3,95%.  Meski pada tahun laporan terdapat lonjakan inflasi volatile food, inflasi inti tetap terjaga pada level yang cukup rendah, yaitu 4,28%. Hal ini didukung oleh terkendalinya faktor fundamental sebagaimana diindikasikan oleh nilai tukar rupiah yang menguat, ekspektasi inflasi yang terjaga, serta kapasitas perekonomian yang sejauh ini masih dapat memenuhi peningkatan permintaan. Sementara itu, kelompok administered prices menunjukkan inflasi yang moderat, yaitu sebesar 5,40%.
Stabilitas sistem keuangan pada tahun 2010 tetap terjaga. Industri perbankan semakin solid sebagaimana tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) yang rendah. Selain itu, intermediasi perbankan juga semakin membaik tercermin dari pertumbuhan kredit yang mencapai 22,8%. Kinerja pasar saham dan pasar obligasi didukung oleh menurunnya risiko investasi dan relatif menariknya imbal hasil sehingga menarik masuknya arus modal asing ke instrumen tersebut. Di pasar saham, meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditopang oleh membaiknya kinerja laporan keuangan emiten dan struktur pasar yang semakin kondusif. Perkembangan tersebut mendorong IHSG mencatat kenaikan tertinggi di kawasan. Di pasar obligasi, perbaikan tercermin dari peningkatan volume perdagangan dan penurunan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) sejak awal tahun, yang antara lain disebabkan oleh kesinambungan fiskal yang relatif terjaga. Di pasar uang, likuiditas meningkat dan suku bunga cenderung mengarah ke batas bawah koridor. Hal ini mengindikasikan melimpahnya likuiditas di sektor perbankan dan preferensi perbankan yang masih cenderung menempatkan kelebihan likuiditasnya pada instrumen jangka pendek.[6]

D.    Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2011
Di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global, perekonomian Indonesia tumbuh menguat. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh meningkat dari 6,2% pada tahun 2010 menjadi 6,5% pada tahun 2011. Tingkat pertumbuhan tersebut merupakan pencapaian tertinggi pascakrisis tahun 1997. Stabilitas makroekonomi yang terjaga, seperti  rendahnya inflasi, terjaganya volatilitas nilai tukar, serta relatif stabilnya kondisi politik dan keamanan dalam negeri menyokong tingginya kinerja perekonomian tersebut.
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi terutama berasal dari konsumsi rumah tangga yang masih berdaya tahan dan investasi yang tumbuh cukup tinggi. Daya beli yang tetap terjaga, sejalan dengan tingkat inflasi yang cukup rendah serta pendapatan masyarakat yang meningkat menjadi faktor pendorong kuatnya konsumsi rumah tangga. Secara umum perbaikan penghasilan masyarakat tercermin dari meningkatnya pendapatan per kapita yang  kini telah mencapai 3.543 dolar AS. Dengan kondisi tersebut, konsumsi rumah tangga mampu tumbuh sebesar 4,7%, lebih tinggi dari rata-ratanya 4,4%.  Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya penyerapan tenaga kerja pada sektor formal  dan meningkatnya jumlah pekerja berpenghasilan menengah ke atas serta membaiknya nilai tukar petani. Peningkatan pendapatan juga terjadi pada upah buruh bangunan seiring dengan meningkatnya aktivitas investasi di sektor konstruksi. Di samping itu, peningkatan upah minimum provinsi (UMP) juga menjadi faktor pendukung kuatnya konsumsi rumah tangga. Rata-rata peningkatan UMP riil tahun 2011 di seluruh provinsi sekitar 5,0%, lebih ti nggi dari tahun lalu yang hanya sebesar 1%.
Kontribusi pertumbuhan konsumsi Pemerintah pada pertumbuhan PDB tahun 2011 mengalami peningkatan. Konsumsi Pemerintah tumbuh sebesar 3,2%, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 0,3%.  Hal ini sejalan dengan meningkatnya defi sit Pemerintah dalam APBN dari 0,6% dari PDB pada 2010 menjadi 1,2% dari PDB pada 2011. Peningkatan konsumsi Pemerintah berasal dari penyerapan pengeluaran yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pengeluaran belanja Pemerintah terutama ditujukan untuk belanja pegawai dan transfer ke daerah. Sementara itu, belanja barang baru terakselerasi pada akhir tahun.
Sementara itu, kondisi fundamental makroekonomi Indonesia yang cukup terjaga mendukung semakin kondusifnya iklim usaha dan meningkatkan optimisme dunia usaha sehingga mendorong aktivitas investasi. Dengan kondisi yang lebih kondusif tersebut, investasi tumbuh meningkat menjadi 8,8%. Meningkatnya investasi tersebut juga merupakan respons dunia usaha terhadap tingginya utilisasi kapasitas seiring dengan kuatnya permintaan domestik maupun ekspor. Selain itu, peningkatan investasi tahun ini dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar rupiah yang mendorong peningkatan impor barang modal.
Selain konsumsi rumah tangga dan investasi, Ekspor Indonesia yang tetap berkinerja baik, di tengah melemahnya ekonomi global, juga turut andil dalam membangun perekonomian Indonesia. Terjaganya kinerja ekspor tidak terlepas dari keberhasilan upaya diversifikasi negara tujuan ekspor, khususnya ke negara-negara emerging markets di Asia.  Dengan diversifikasi tersebut ekspor mampu tumbuh tinggi mencapai 13,6%, jauh di atas historisnya 7,5%.




Pada tahun 2011 pertumbuhan sektor tradables mencapai 4,5%, meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 4,0%. Sementara itu, pertumbuhan sektor non-tradables tumbuh tinggi mencapai 8,2%, relatif sama dengan pertumbuhan tahun 2010. Seiring dengan peningkatan pertumbuhan yang lebih cepat, peran sektor tradables pada pertumbuhan ekonomi juga semakin meningkat, meskipun masih tetap didominasi oleh sektor non-tradables.
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat disertai peningkatan peran daerah luar Jawa. Peranan daerah luar Jawa dalam perekonomian meningkat mencapai 42,3% dibandingkan dengan historisnya. Membaiknya pertumbuhan di daerah, mendorong penguatan permintaan domestik yang tercermin dari konsumsi dan investasi yang perannya terus meningkat di seluruh daerah. Perkembangan pada tahun 2011 menunjukkan hampir semua daerah tumbuh meningkat kecuali kawasan yang mengalami gangguan teknis pertambangan, seperti  dialami oleh kawasan Kalimantan dan Bali Nusa Tenggara.[7]



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di tengah kondisi dunia yang sedang krisis, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatat hasil positif. pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2009 tercatat 4,6 persen, turun dibanding 2008 yang mencapai 6,1 persen. Perlambatan ekonomi domestik 2009 akibat kontraksi ekspor serta suku bunga perbankan yang masih tinggi, yang menyebabkan pada melambatnya pertumbuhan investasi. Namun konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh kuat sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi selain itu konsumsi pemerintah juga ikut menopang perekonomian tahun 2009.
Di tengah kondisi perekonomian global yang semakin kondusif tersebut, perekonomian Indonesia pada tahun 2010 tumbuh mencapai 6,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,6%. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat tersebut didukung oleh peran investasi dan ekspor yang meningkat.
Di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global, perekonomian Indonesia tumbuh menguat. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh meningkat dari 6,2% pada tahun 2010 menjadi 6,5% pada tahun 2011. Tingkat pertumbuhan tersebut merupakan pencapaian tertinggi pascakrisis tahun 1997.



DAFTAR PUSTAKA
1.      bi.go.id
2.      bps.go.id
3.      Sukirno, Sadono. makro ekonomi teori pengantar. RajaGrafindo Persada. Jakarta. 2011.
4.      kompas.com


[2] Sadono Sukirno, makro ekonomi teori pengantar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada. 2011). Hal. 429.
[4] Nilai PDB di ambil dari situs bps.go.id Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha dan pertumbuhan ekonomi di ambil dari situs bi.go.id
[5] Laporan perekonomian Indonesia tahun 2009 dari situs bi.go.id
[6] Laporan perekonomian Indonesia tahun 2010 dari situs bi.go.id
[7] Laporan perekonomian Indonesia tahun 2011 dari situs bi.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar