KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan kasih‐Nya,
atas anugrah hidup dan kesehatan yang telah kita terima, serta shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita seperti derasnya hujan yang
menyirami bumi.
Alhamdulillah
berkat petunjuk dan pertolongan dari Allah semata saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Di dalam makalah ini saya
selaku penyusun hanya berusaha menyajikan judul “Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia Tahun 2009-2011” dengan sebaik-baiknya.
Harapan saya, semoga makalah ini
membawa manfaat bagi kita. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
pembuatan ini.
Banjarmasin, Januari 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dewasa ini banyak Negara di dunia mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat.
Pertumbuhan
ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara
berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas
produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan
nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi.[1] Jadi Pertumbuhan
ekonomi berarti perkembangan dalam kegiatan perekonomian yang menyebabkan
produksi barang dan jasa bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Faktor-faktor
yang menentukan pertumbuhan ekonomi[2],
yaitu :
1.
Tanah dan kekayaan alam lainnya
2.
Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja
3.
Barang-barang modal dan tingkat teknologi
4.
Sistem sosial dan sikap masyarakat
5.
Luas pasar sebagai sumber pertumbuhan
Di tengah kondisi dunia yang sedang
krisis, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatat hasil positif. itu tercermin dari hasil pencapaian pertumbuhan
ekonomi Indonesia yang terus meningkat dari tahun 2009 sampai 2011. Namun,
menurut pengamat ekonomi Indonesia for Global Justice, Salamuddin Daeng,
pertumbuhan ekonomi Indonesia tergolong anomali. Alasannya karena pertumbuhan
ekonomi tidak diikuti peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Menurut Daeng ada empat faktor yang
membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia anomali, yaitu:
1.
ekonomi
Indonesia digerakkan oleh utang luar negeri yang angkanya terus naik.
2.
pertumbuhan
ekonomi didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat yang bersumber dari
naiknya harga sandang dan pangan, serta ditopang dari pertumbuhan kredit,
khususnya kredit konsumsi.
3.
pertumbuhan
ekonomi didorong ekspor bahan mentah,
sehingga
tidak banyak menciptakan nilai tambah dan lapangan pekerjaan.
4.
pertumbuhan
ekonomi didorong oleh investasi luar negeri yang membuat sumber daya alam kian
dikuasai asing.[3]
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, saya akan coba membahasan :
1.
Bagaimana pertumbuhan ekonomi tahun 2009 ?
2.
Bagaimana pertumbuhan ekonomi tahun 2010 ?
3.
Bagaimana pertumbuhan ekonomi tahun 20011?
C.
Tujuan Penulisan Makalah
Dalam penulisan makalah saya
ini di maksudkan agar kita mengetahui laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia
pada tahun 2009 sampai 2011.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Tabel Pertumbuhan Ekonomi
Sebelum
membahas apa saja yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia, kita
lihat dulu tabel pertumbuhan ekonomi berserta GDP atau PDB.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
tahun 2009 – 2011[4]
TAHUN
|
Nilai (Miliar Rupiah) dan pertumbuhan (%)
|
|
PDB
|
%
|
|
2009
2010
2011
|
2,178,850.4
2,313,838.0
2,463,242.0
|
4,6
6,1
6,5
|
B.
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2009
Kondisi perekonomian global yang masih mengalami tekanan akibat krisis,
menyebabkan memperlambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2009. Perlambatan
ekonomi domestik akibat kontraksi ekspor serta suku bunga perbankan yang masih
tinggi, yang menyebabkan pada melambatnya pertumbuhan investasi. Dengan
penurunan ekspor dan investasi ini, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini banyak
ditopang oleh kegiatan konsumsi domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun
konsumsi pemerintah. Peran konsumsi secara keseluruhan masih mampu menopang
kegiatan ekonomi Indonesia tahun 2009 untuk tetap tumbuh positif sebesar 4,5%. Meskipun
lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 6,1%.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2009 juga lebih baik dibandingkan
dengan pertumbuhan ekonomi negara lain yang sebagian besar mencatat kontraksi. Secara
keseluruhan pengaruh kuat perlambatan ekonomi dunia mengakibatkan ekspor barang
dan jasa pada tahun 2009 mencatat kontraksi 9,7% atau merupakan kinerja ekspor
terburuk dalam dekade ini.
Investasi pada tahun 2009 tumbuh 2,8% atau melemah dibandingkan dengan
pertumbuhan tahun sebelumnya. Berdasarkan jenis investasi, perlambatan pertumbuhan
investasi dipengaruhi oleh penurunan PMA yang tercatat Rp133,8 triliun pada
tahun 2009, turun 27,2% dibandingkan dengan capaian tahun 2008. Sementara itu,
penanaman modal dalam negeri meningkat dari Rp20,4 triliun pada tahun 2008
menjadi Rp37,8 triliun pada tahun 2009.
Di tengah kinerja ekspor yang menurun dan investasi yang melambat tersebut,
konsumsi rumah tangga masih tumbuh kuat sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi.
Konsumsi rumah tangga pada tahun 2009 masih tumbuh 4,85%. Sejalan dengan
besarnya pangsa konsumsi rumah tangga terhadap PDB yang mencapai 58%,
pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang masih tinggi secara keseluruhan cukup
berperan mendukung pertumbuhan ekonomi tahun 2009.
Pertumbuhan kuat konsumsi rumah tangga antara lain didorong oleh kontribusi
positif pelaksanaan Pemilu 2009, serta peningkatan keyakinan konsumen dan
pendapatan. Inflasi cukup rendah selama tahun 2009, pada satu sisi, telah
menjaga daya beli dan keyakinan masyarakat untuk tetap dapat melakukan
konsumsi. Pada sisi lain, kenaikan gaji dan peningkatan nilai tukar petani
semakin memperbaiki daya beli masyarakat sehingga mendukung masih kuatnya
konsumsi.
Peran konsumsi rumah tangga yang cukup kuat juga dipengaruhi oleh dampak
positif konsumsi pemerintah yang cukup besar. Peningkatan terbesar konsumsi
pemerintah tumbuh tinggi sebesar 19,25% antara lain dipengaruhi oleh besarnya
pengeluaran terkait Pemilu. Selain itu, pengeluaran konsumsi pemerintah juga
dipengaruhi dengan komitmen pemerintah
meningkatkan stimulus fiskal. Beberapa stimulus fiskal yang memengaruhi
konsumsi pemerintah dan kemudian memberikan dampak pengganda kepada
perekonomian, termasuk konsumsi rumah tangga, antara lain adalah implementasi
jaring pengaman sosial dalam bentuk program Bantuan Langsung Tunai (BLT),
pengurangan pajak penghasilan, serta kenaikan gaji dan realisasi ke-13 bagi
PNS/TNI. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan konsumsi pemerintah mencapai
15,7%, meningkat dari 10,4% pada tahun 2008.
Selain itu, peran konsumsi juga cukup terlihat dalam Pertumbuhan ekonomi
yang terjadi pada PDB sektoral banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan yang tetap
tinggi pada sektor non-tradable seperti sektor listrik, gas dan air bersih,
sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa.
Sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi
yang masing-masing tumbuh sebesar 13,78% dan 15,53%. Berbeda dengan kinerja
sektor nontradable tersebut, sektor tradable seperti sector industri pengolahan cukup signifikan terimbas
gejolak eksternal. Pertumbuhan sektor industri pengolahan, yang memiliki pangsa
sekitar 45% terhadap ekspor nasional, turun pada tahun 2009 menjadi 2,1%. peningkatan kinerja yang cukup signifikan
ditunjukkan oleh sektor pertambangan yang mencatat peningkatan pertumbuhan
menjadi 4,37% sejalan dengan dampak positifnya pertumbuhan ekspor batubara.
Satu faktor yang tetap mendukung kuatnya permintaan domestik ini adalah
peran positif UMKM. Salah satu indikator yang menunjukkan peran UMKM ialah
masih kuatnya pertumbuhan kredit UMKM pada tahun 2009 yang mencapai 16,3%. Meskipun di sisi lain kredit non-UMKM hanya
tumbuh sebesar 4,0%.
Peran kuat permintaan domestik juga didukung oleh beberapa penyesuaian
perilaku sektor swasta domestik. Pada satu sisi, pelaku swasta domestik
merespons gejolak ekonomi global dengan meningkatkan efisiensi. Pada sisi lain,
penyesuaian juga dilakukan dengan memanfaatkan dana internal yang tidak
sensitif terhadap suku bunga sebagai respons suku bunga kredit perbankan yang
masih cukup tinggi.[5]
C.
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2010
Di tengah kondisi perekonomian
global yang semakin kondusif tersebut, perekonomian Indonesia pada tahun 2010
tumbuh mencapai 6,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,6%. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat
tersebut didukung oleh peran investasi dan ekspor yang meningkat. Peningkatan
investasi pada tahun 2010 semakin menggembirakan mengingat sifatnya yang
menambah kapasitas perekonomian sebagaimana diindikasikan oleh meningkatnya
peran investasi nonbangunan, khususnya investasi mesin. Sementara itu,
perbaikan kinerja ekspor juga diikuti oleh semakin terdiversifikasinya
komoditas dan pasar tujuan ekspor. Hal ini tercermin pada membaiknya kinerja
sektor-sektor yang menghasilkan komoditas yang diperdagangkan secara
internasional (tradable sector), khususnya industri pengolahan. Meskipun
demikian, sektor nontradable masih menjadi sektor penopang utama pertumbuhan
ekonomi, terutama sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan,
hotel dan restoran.
Perkembangan yang kondusif di
perekonomian global tersebut mendukung kinerja Neraca Pembayaran Indonesia
(NPI) 2010. Pada tahun laporan, NPI mencatat
surplus yang cukup besar mencapai 30,3 miliar dolar AS, baik yang
bersumber dari transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial. .
Ekspor mencatat pertumbuhan yang tinggi sehingga mampu mempertahankan surplus
transaksi berjalan di tengah impor dan pembayaran transfer pendapatan yang
meningkat tajam. Sementara itu, seiring dengan kuatnya aliran masuk modal
asing, neraca transaksi modal dan finansial mencatat surplus yang sangat besar
dengan komposisi yang semakin membaik. Hal ini tercermin dari kuatnya aliran
masuk modal asing dalam bentuk investasi
langsung (FDI) yang meningkat tajam, di samping investasi dalam bentuk
portofolio yang juga meningkat cukup signifikan. Dengan perkembangan tersebut,
posisi cadangan devisa pada akhir tahun 2010 tercatat sebesar 96,2 miliar dolar
AS, cukup memadai untuk mendukung kebutuhan impor dan kewajiban eksternal,
serta memberikan keyakinan dalam menjaga stabilitas nilai tukar.
Sejalan dengan perkembangan
NPI tersebut, nilai tukar rupiah mencatat apresiasi dan disertai volatilitas
yang cukup rendah. Selama tahun 2010, nilai tukar rupiah secara rata-rata
menguat 3,8% dibanding dengan akhir tahun 2009 menjadi Rp 9.081 per dolar AS.
Kinerja nilai tukar rupiah tersebut didukung oleh terjaganya persepsi positif terhadap
perekonomian Indonesia sebagaimana diindikasikan oleh meningkatnya peringkat
utang Pemerintah dan indeks risiko yang membaik. Apresiasi nilai tukar rupiah
pada tahun laporan juga cukup moderat dibandingkan dengan negara-negara kawasan
sehingga tidak mengganggu kinerja ekspor secara signifikan. Hal ini tidak
terlepas dari berbagai kebijakan dalam mengelola arus masuk modal asing dalam
rangka memperkuat daya tahan perekonomian dalam menghadapi pembalikan arus
modal jangka pendek.
Inflasi Indeks Harga Komsumen
(IHK) pada tahun 2010 tercatat 6,96%. Komoditas bahan pokok seperti beras dan aneka
bumbu memberi kontribusi kenaikan harga yang sangat besar sehingga inflasi
kelompok volatile food mencapai 17,74%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
sebelumnya yang hanya sebesar 3,95%.
Meski pada tahun laporan terdapat lonjakan inflasi volatile food,
inflasi inti tetap terjaga pada level yang cukup rendah, yaitu 4,28%. Hal ini
didukung oleh terkendalinya faktor fundamental sebagaimana diindikasikan oleh
nilai tukar rupiah yang menguat, ekspektasi inflasi yang terjaga, serta
kapasitas perekonomian yang sejauh ini masih dapat memenuhi peningkatan
permintaan. Sementara itu, kelompok administered prices menunjukkan inflasi
yang moderat, yaitu sebesar 5,40%.
Stabilitas sistem keuangan
pada tahun 2010 tetap terjaga. Industri perbankan semakin solid sebagaimana
tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio) dan
rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) yang rendah. Selain itu,
intermediasi perbankan juga semakin membaik tercermin dari pertumbuhan kredit
yang mencapai 22,8%. Kinerja pasar saham dan pasar obligasi didukung oleh
menurunnya risiko investasi dan relatif menariknya imbal hasil sehingga menarik
masuknya arus modal asing ke instrumen tersebut. Di pasar saham, meningkatnya
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga ditopang oleh membaiknya kinerja
laporan keuangan emiten dan struktur pasar yang semakin kondusif. Perkembangan
tersebut mendorong IHSG mencatat kenaikan tertinggi di kawasan. Di pasar obligasi,
perbaikan tercermin dari peningkatan volume perdagangan dan penurunan imbal
hasil Surat Berharga Negara (SBN) sejak awal tahun, yang antara lain disebabkan
oleh kesinambungan fiskal yang relatif terjaga. Di pasar uang, likuiditas
meningkat dan suku bunga cenderung mengarah ke batas bawah koridor. Hal ini
mengindikasikan melimpahnya likuiditas di sektor perbankan dan preferensi
perbankan yang masih cenderung menempatkan kelebihan likuiditasnya pada
instrumen jangka pendek.[6]
D.
Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2011
Di tengah ketidakpastian
pemulihan ekonomi global, perekonomian Indonesia tumbuh menguat. Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia tumbuh meningkat dari 6,2% pada tahun 2010 menjadi 6,5%
pada tahun 2011. Tingkat pertumbuhan tersebut merupakan pencapaian tertinggi
pascakrisis tahun 1997. Stabilitas makroekonomi yang terjaga, seperti rendahnya inflasi, terjaganya volatilitas
nilai tukar, serta relatif stabilnya kondisi politik dan keamanan dalam negeri
menyokong tingginya kinerja perekonomian tersebut.
Dari sisi permintaan,
pertumbuhan ekonomi yang tinggi terutama berasal dari konsumsi rumah tangga
yang masih berdaya tahan dan investasi yang tumbuh cukup tinggi. Daya beli yang
tetap terjaga, sejalan dengan tingkat inflasi yang cukup rendah serta pendapatan
masyarakat yang meningkat menjadi faktor pendorong kuatnya konsumsi rumah
tangga. Secara umum perbaikan penghasilan masyarakat tercermin dari
meningkatnya pendapatan per kapita yang
kini telah mencapai 3.543 dolar AS. Dengan kondisi tersebut, konsumsi
rumah tangga mampu tumbuh sebesar 4,7%, lebih tinggi dari rata-ratanya 4,4%. Hal tersebut sejalan dengan meningkatnya
penyerapan tenaga kerja pada sektor formal
dan meningkatnya jumlah pekerja berpenghasilan menengah ke atas serta membaiknya
nilai tukar petani. Peningkatan pendapatan juga terjadi pada upah buruh
bangunan seiring dengan meningkatnya aktivitas investasi di sektor konstruksi.
Di samping itu, peningkatan upah minimum provinsi (UMP) juga menjadi faktor
pendukung kuatnya konsumsi rumah tangga. Rata-rata peningkatan UMP riil tahun 2011 di seluruh provinsi sekitar 5,0%,
lebih ti nggi dari tahun lalu yang hanya sebesar 1%.
Kontribusi pertumbuhan
konsumsi Pemerintah pada pertumbuhan PDB tahun 2011 mengalami peningkatan.
Konsumsi Pemerintah tumbuh sebesar 3,2%, meningkat dari tahun sebelumnya yang
hanya sebesar 0,3%. Hal ini sejalan
dengan meningkatnya defi sit Pemerintah dalam APBN dari 0,6% dari PDB pada 2010
menjadi 1,2% dari PDB pada 2011. Peningkatan konsumsi Pemerintah berasal dari
penyerapan pengeluaran yang lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pengeluaran belanja Pemerintah terutama ditujukan untuk belanja pegawai dan
transfer ke daerah. Sementara itu, belanja barang baru terakselerasi pada akhir
tahun.
Sementara itu, kondisi
fundamental makroekonomi Indonesia yang cukup terjaga mendukung semakin
kondusifnya iklim usaha dan meningkatkan optimisme dunia usaha sehingga
mendorong aktivitas investasi. Dengan kondisi yang lebih kondusif tersebut,
investasi tumbuh meningkat menjadi 8,8%. Meningkatnya investasi tersebut juga
merupakan respons dunia usaha terhadap tingginya utilisasi kapasitas seiring dengan
kuatnya permintaan domestik maupun ekspor. Selain itu, peningkatan investasi
tahun ini dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar rupiah yang mendorong
peningkatan impor barang modal.
Selain konsumsi rumah tangga
dan investasi, Ekspor Indonesia yang tetap berkinerja baik, di tengah
melemahnya ekonomi global, juga turut andil dalam membangun perekonomian
Indonesia. Terjaganya kinerja ekspor tidak terlepas dari keberhasilan upaya
diversifikasi negara tujuan ekspor, khususnya ke negara-negara emerging markets
di Asia. Dengan diversifikasi tersebut
ekspor mampu tumbuh tinggi mencapai 13,6%, jauh di atas historisnya 7,5%.
Pada tahun 2011 pertumbuhan
sektor tradables mencapai 4,5%, meningkat cukup signifikan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya sebesar 4,0%. Sementara itu, pertumbuhan sektor non-tradables
tumbuh tinggi mencapai 8,2%, relatif sama dengan pertumbuhan tahun 2010.
Seiring dengan peningkatan pertumbuhan yang lebih cepat, peran sektor tradables
pada pertumbuhan ekonomi juga semakin meningkat, meskipun masih tetap
didominasi oleh sektor non-tradables.
Pertumbuhan ekonomi yang
meningkat disertai peningkatan peran daerah luar Jawa. Peranan daerah luar Jawa
dalam perekonomian meningkat mencapai 42,3% dibandingkan dengan historisnya. Membaiknya
pertumbuhan di daerah, mendorong penguatan permintaan domestik yang tercermin
dari konsumsi dan investasi yang perannya terus meningkat di seluruh daerah.
Perkembangan pada tahun 2011 menunjukkan hampir semua daerah tumbuh meningkat
kecuali kawasan yang mengalami gangguan teknis pertambangan, seperti dialami oleh kawasan Kalimantan dan Bali Nusa
Tenggara.[7]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di tengah kondisi dunia yang sedang
krisis, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatat hasil positif. pertumbuhan ekonomi Indonesia pada
2009 tercatat 4,6
persen, turun dibanding 2008 yang mencapai 6,1 persen. Perlambatan
ekonomi domestik 2009 akibat kontraksi ekspor serta suku bunga perbankan yang
masih tinggi, yang menyebabkan pada melambatnya pertumbuhan investasi. Namun
konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh kuat sehingga dapat menopang
pertumbuhan ekonomi selain itu konsumsi pemerintah juga ikut menopang
perekonomian tahun 2009.
Di tengah kondisi perekonomian
global yang semakin kondusif tersebut, perekonomian Indonesia pada tahun 2010
tumbuh mencapai 6,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun
sebelumnya yang tercatat sebesar 4,6%. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat
tersebut didukung oleh peran investasi dan ekspor yang meningkat.
Di tengah ketidakpastian
pemulihan ekonomi global, perekonomian Indonesia tumbuh menguat. Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh meningkat dari 6,2% pada tahun 2010
menjadi 6,5% pada tahun 2011. Tingkat pertumbuhan tersebut merupakan pencapaian
tertinggi pascakrisis tahun 1997.
DAFTAR PUSTAKA
1.
bi.go.id
2.
bps.go.id
3.
Sukirno, Sadono. makro ekonomi teori pengantar. RajaGrafindo Persada.
Jakarta. 2011.
4.
kompas.com
[4] Nilai PDB di ambil dari situs bps.go.id Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha dan
pertumbuhan ekonomi di ambil dari situs bi.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar