BAB I
PENDAHULUAN
Latarbelakang
Sebagai
seorang muslim hendaknya kita mengetahui sejarah Nabi Muhammad SAW baik ketika
beliau dalam berdakwah di Makkah dan diangkat sebagai Rasul. Oleh karena itu
kami mencoba untuk mengingatkan kembali akan sejarah dan perjalanan Nabi untuk
selalu kita contoh dan kita teladani dalam kehidupan sehari-hari. Telah kita
ketahui bersama bahwa umat Islam pada saat sekarang ini lebih banyak mengenal
figur-figur yang sebenarnya tidak pantas untuk di contoh dan ironisnya mereka sama
sekali buta akan sejarah dan kehidupan Rosulullah SAW.
Oleh
karena itu kami mencoba untuk membuka, memaparkan tentang kehidupan Nabi
Muhammad SAW, dan mudah-mudahan dengan adanya makalah ini menambah rasa
kecintaan kita pada Nabi Muhammad SAW.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Kehidupan Rasulullah SAW Sebelum Menerima Risalah
Nasab dari
pihak Ayah, Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdi Manaf
bin Qushayyi bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Gholib bin Fihr bin
Malik bin An-Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar
bin Nazar bin Mu’iddu bin Adnan[1].
Nasab dari
pihak ibu, Muhammad binti Aminah bin Wahab bin Abdul Manaf bin Zuhroh bin
Kilab. Nasab Ayah dan Ibu Nabi bertemu pada kakeknya yang kelima[2].
Nabi Muhammad
SAW dilahirkan pada tanggal 12 Rabi’ul Awwal tahun gajah dinamakan tahun gajah kerena Raja Abraham
mengirim pasukan dan gajah dalam jumlah besar ke Makkah untuk menghancurkan
Ka’bah. Allah membinasakan mereka dengan mengirim burung ababil kerena
memuliakan kelahiran Nabi SAW). Nabi dilahirkan di rumah Abu Thalib
perkampungan bani Hasyim. Beliau dilahirkan dalam keadaan yatim, kerena
bapaknya Abdullah meninggal dunia ketika perjalanan pulang dari berdagang di
Syam dalam usia 18 tahun dan di makamkan di kota Madinah di samping
paman-pamannya Ibnu Addi dan Ibnu Hajjar. ketika itu Nabi muhammad SAW masih
dalam kandungan Siti Aminah (ibunda beliau) dua bulan. Lalu ia di asuh oleh
kakeknya Abdul muthalib. Sesuai kebiasaan orang Arab pada jaman itu, menyerah
anak mereka untuk disusui dan dipelihara oleh Arab Badui (orang Arab yang
tinggal di pedesaan). Maka ketika mendengar rombongan Bani Sa’id datang ke
Makkah, maka siti Aminah menyuruh akan kakeknya Abdul Mutholib untuk mencarikan
wanita yang akan menyusui Nabi Muhammad kecil. Maka bertemulah Abdul mutholib
dengan seorang wanita bernama Halimah dari Bani Sa’id[3].
Maka jadilah wanita itu tercatat dalam sejarah Islam sebagai ibu susu orang
yang paling mulia di muka bumi ini. Selama lima[4]
tahun dalam pengasuhan Halimah, Nabi muhammad berkembang dalam pergaulan Bani
Sa’id. Maka berkembanglah bahasa Muhammad sesuai lughat Arab Bani Sa’id yang
terkenal lughat Arab paling murni, indah dan fasih. Pada masa pengasuhan
Halimah ini terjadi peristiwa yang sangat besar yaitu pembelahan dan
pembersihan hati Nabi.
Pada usia enam tahun, Muhammad diserahkan kembali kepada ibunya. Dalam
rangka untuk memperkenalkan kerabat-kerabatnya di Madinah, Aminah membawa
Muhammad ke Madinah[5].
Ketika sampai di sana Aminah mengajaknya berziarah ke tempat ayahnya
dimakamkan. Aminah jatuh sakit di sebuah desa yang bernama Abwa[6],
di sinilah akhirnya Aminah wafat dan dimakamkan. Si kecil Muhammad dibawa
pulang ke Makkah oleh Ummu Aiman seorang budak yang dengan setia menemani
Muhammad dan yang mengasuhnya.
Setelah Aminah meninggal, Abdul Muthalib mengambil alih tanggung jawab
merawat dan mengasuh Nabi Muhammad. Namun, dua tahun kemudian Abdul Muthalib
meninggal dunia karena renta. Tanggung jawab selanjutnya beralih kepada
pamannya, Abu Thalib. Seperti juga Abdul Muthalib (sang kakek), dia sangat
disegani dan dihormati orang Quraisy dan penduduk Mekkah secara keseluruhan,
tetepi dia miskin.
Dalam usia muda, Muhammad hidup sebagai penggembala kambing keluarganya dan
kambing penduduk Mekkah. Melalui kegiatan pengembalaan ini dia menemukan tempat
untuk berpikir dan merenung. Dalam suasana demikan, dia ingin melihat sesuatu
di balik semuanya. Pemikiran dan perenungan ini membuatnya jauh dari segala
pemikiran nafsu duniawi, sehingga ia terhindar dari berbagai macam noda yang
dapat merusak namanya, karena itu sejak muda ia
sudaah di juluki Al-Amin, orang yang terpecaya.
Pada usia dua belas tahun, Muhammad menemani paman pergi ke Syam (sekarang
Syria). Dalam perjalanan tersebut ia bertemu seorang pendeta Kristen bernama
Bahra yang menyakini Muhammad sebagai calon Rasul terakhir. Kerena sebab
itulah, sang pendeta menyampaikan pesan kepada Abu Thalib agar menjaga
kemenakannya dengan baik.
Pada usia itu pula terjadi peperangan dahsyat yang melibatkan hampir
seluruh suku-suku Arab, termasuk Bani Hasyim. Muhammad turut menyertai pamannya
dalam peperangan tersebut, sekalipun ia tidak turut terlibat secara langsung,
namun ia turut membantu mengumpulkan mata panah yang dilemparkan oleh musuh,
lalu menyerahkannya kepada Abdul Thalib.
Pada saat itu, Muhammad cendrung bersikap sebagai pengamat peperangan.
Ketika ia menyaksikan jumlah korban jiwa yang besar akibat peperangan saudara
tersebut, maka selanjutnya ia memprakasai pembentukan komite perdamaian yang
disebut Halful Fuzul, yang merupakan himpunan kerja sama kaum muda.
Tujuan utama himpunan ini adalah berupaya menciptakan perdamaian dan untuk
menjalin kerukunan antar suku-suku di Mekkah[7].
Khadijah, menurut riwayat Ibnu ‘I-Atsir dan Ibnu Hisyam, adalah seorang
pedagang yang mulia dan kaya. Beliau sering mengirim orang kepercayaannya untuk
berdagang. Ketika beliau mendengar kabar kejujuran Nabi SAW dan kemuliaan
akhlaknya, beliau coba mengamati Nabi SAW dengan membawa dagangannya ke Syam.
Khadijah membawakan barang dagangan yang lebih baik dari apa yang dibawakan
kepada orang lain. Dalam perjalanan ini Nabi SAW ditemani Maisarah, seorang
kepercayaan Khadijah. Muhammad SAW, menerima tawaran ini dan berangkat ke Syam
bersama Maisarah meniagakan harta
Khadijah.
Dalam perjalanan ini Nabi berhasil membawa keuntungan yang berlipat ganda, sehingga
kepercayaan Khadijah bertambah terhadapnya. Selama perjalanan tersebut Maisarah
sangat mengagumi akhlak dan kejujuran Nabi. Semua sifat dan prilaku itu
dilaporkan oleh Maisarah kepada Khadijah. Khadijah tertarik pada kejujurannya,
dan ia pun terkejut oleh barakah yang diperolehnya dari perniagaan Nabi SAW.
Kemudian Khadijah menyatakan hasratnya untuk menikah dengan Nabi SAW dengan
perantaraan Nafisah binti Muniyah. Nabi SAW menyetujuinya, kemudian Nabi SAW
menyampaikan hal itu kepada paman-pamannya. Setelah itu, mereka meminangkan
Khadijah untuk Nabi SAW dari paman Khadijah, Amr bin Asad. ketika menikahinya,
Nabi berusia dua puluh lima, sedangkan Khadijah berusia empat puluh tahun.
Sebelum menikah dengan Nabi saw, Khadijah pernah menikah dua kali. Pertama
dengan Atiq bin A’idz at-Tamimi, dan yang kedua dengan Abu Halah at-Tamimi;
namanya Hindun bin Zurarah[8].
Rasulullah saw. Sebelum bi’tsah
pernah ikut serta dalam pembangungan ka’bah dan pemugarannya. Beliau
ikut serta secara aktif mengusung batu di atas pundaknya[9].
Pada waktu itu beliau berusia 35 tahun, menurut riwayat yang paling shahih.
Beliau memiki pengaruh besar dalam menyelesaikan kemelut yang timbul akibat
perselisihan antar kabilah tentang siapa yang berhak mendapatkan kehormatan
meletakkan hajar aswad di tempatnya. Semua pihak tunduk kepada usulan
yang diajukan Nabi saw., kerena mereka semua mengenalnya sebagai al-amin
(terpercaya) mencintainya.
Mendekati usia empat puluh tahun, mulailah tumbuh pada diri Nabi saw
kecenderungan untuk melakukan ‘uzlah. Allah menumbuhkan pada dirinya
rasa senang untuk melakukan ikhtila (menyendiri) di gua Hira’ (Hira’
adalah nama sebuah gunung yang terletak di sebelah barat laut kota Makkah).
Beliau menyendiri dan beribadah di tersebut selama beberapa malam. Kadang
sampai sepuluh malam, dan kadang lebih dari itu, sampai satu bulan. Kemudian
beliau kembali ke rumahnya sejenak hanya untuk mengambil bekal baru untuk
melanjutkan ikhtila’nya di gua Hira’. Demikianlah Nabi saw terus
melakukannya sampai turun wahyu kepadanya ketika beliau sedang melakukan ‘uzlah.
2.
Sistem Dakwah Rosululloh Saw. di Makkah
Kehidupan
bangsa Arab sebelum masuknya Islam:
1.
Musyrik,
mereka menyembah berhala.
2.
Membunuh
anak-anak mereka kerena takut akan kelaparan dan kemiskinan.
3.
Mengubur
anak prempuan mereka hidup-hidup kerena takut aib.
4.
Senang
berperang walaupun masalahnya sepele.
Menjelang usianya yang ke 40, dia sudah terlalu
terbiasa memisahkan diri dari kegalauan masyarakat, berkontemplasi ke gua hira,
bebarapa kilometer di utara kota mekah. Disana Muhammad mula-mula ber jam-jam
kemudian berhari-hari bertafakur. Pada tanggal 17 ramadhan tahun 611 Masehi,
malaikat jibril muncul menyampaikan wahyu Allah yang pertama :
Bacalah dengan nama tuhanmu yang telah mencipta.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu itu
maha melihat. Dia telah mengajar dengan kalam. Dia telah mengajar manusia apa
yang mereka tidak ketahui (
QS Alaq : 1-5 )
Dengan
turunnya wahyu pertama itu, berarti Muhammad telah dipilih Allah sebagai Rasul,
dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada agama. Setelah wahyu
pertama itu datang, Jibril tidak muncul lagi untuk beberapa lama sementara Nabi
Muhammad SAW menantikannya dan selalu datang ke Gua Hira'.
Dalam
proses penantian Jibril, turun wahyu yang membawa perintah kepada Rasulullah.
Wahyu itu itu berbunyi sebagai berikut :
Hai
orang yang brselimut bangun, dan beri ingatlah. Hendaklah engkau besarkan
Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu, tinggalkan perbuatan dosa dan janganlah
engkau memberi ( dengan maksud ) memperoleh ( balasan ) yang lebih banyak dan
untuk ( untuk memenuhi perintah ) Tuhanmu bersabarlah. ( Al- Muddatsir 1-7 ).
Dengan
turunnya perintah itu mulailah Rasulullah berdakwah. Pertama-tama, beliau
melakukannya secara diam-diam di lingkungannya sendiri, keluarga, dan
sahabat-sahabat beliau yang paling karib. Mereka di seru kepada pokok-pokok
agama Islam yang disebut dalam ayat-ayat diatas yaitu, bertauhid kepada allah
dan meninggalkan ilah dan berhala-berhala yang mereka sembah.
Nabi Muhammad Saw. pada
periode Mekkah menggunakan strategi dakwah,antara lain :
1.
Dakwah
secara sembunyi-sembunyi
Cara ini ditempuh karena beliau
begitu yakin bahwa masyarakat arab jahiliyah masih sangat kuat
mempertahankan kepercayaan dan tradisi warisan leluhur. Mereka bersedia
berperang dan rela mati dalam mempertahankanya demi tradisi leluhurnya
tersebut. Dan Nabi Muhammad takut terkejutnya mereka akan perkara yang belum
pernah mereka ketahui dan meraka dengar.
Setelah Nabi Muhammad menerima
risalah kenabian pada usia 40 tahun, mulailah Nabi mendakwahkan ajaran Islam di
tengah-tengah ketersesatan masyarakat Makkah. Ajaran dakwah Nabi Muhammad yang
paling pokok adalah keyakinan kepada Allah yang Maha Esa (tauhid).
Allah adalah pencipta alam
semesta ini. Allah adalah yang memberi kehidupan dan tempat kembali setelah
kematian. Bahwa tidak ada satu pun yang menyerupai-Nya. Bahwa masyarakat Makkah
harus meninggalkan penyembahan berhala. Muhammad tidak mengajak mereka kecuali
kebajikan dan kesalehan.
Mula-mula istrinya sendiri,
Khadijah, kemudian saudara sepupunya Ali bin Abi Thalib yang beru berumur 10
tahun. Kemudian Abu Bakar sahabat karibnya sejak masa kanak-kanak. Lalu Zaid,
bekas budak yang telah menjadi anak angkatnya. Ummu Aiman, pengasuh Nabi sejak
ibunya Aminah masih hidup. Banyak orang-orang yang menerima seruan Nabi melalui
perantara Abu Bakar. Mereka dikenal dengan sebutan Assabiqunal Awwalun .
Mereka ialah Usman bin Affan, Zubair ibnu Awwan, Sa'ad ibnu Abu Waqqas,
Abdurrahman ibnu Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah ibnul Jarrah, dan
Arqam ibnu Abu Arqam.
Mereka ini bertemu Nabi secara
rahasia. Apabila salah seorang di antara mereka ingin melaksanakan salah satu
ibadah, ia pergi ke lorong-lorong Makkah seraya bersembunyi dari pandangan
orang-orang Quraisy. Pengikut Nabi semakin bertambah jumlahnya dalam 3-4 tahun
masa dakwah Nabi tercatat 40 orang yang beriman. Rasulullah memilih rumah
al-Arqam bin Abi ‘Irqam, sebagai tempat pertemuan untuk mengadakan pembinaan
dan pengajaran.
2.
Dakwah Secara Terang-terangan
Muhammad
diperintahkan oleh Allah untuk melakukan dakwah secra terang-terangan.
Dijelaskan
dalam Al-Quran surat Al-Hijr: 94 yang artinya:
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ. وَاَعْرِضْ عَنِ
المُشْرِكِيْنَ
“Maka sampaikanlah olehmu secara
terang-terangan segala apa yang diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari
orang-orang musyrik”.
Dalam dakwah secara
terang-terangan Rosullullah menggunakan srategi-srategi sebagai berikut:
a.
Mengundang
kaum kerabat keturunan dari bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan
makan dan mengajak mereka masuk islam.
b.
Mengumpulkan
para penduduk Mekkah terutama yang berada di tempat tinggal disekitar Ka’bah
untuk berkumpul di Bukit Shofa.
Menyampaikan seruan dakwah kepada para penduduk di
luar kota Mekkah.
Dakwah Nabi secara
terang-terangan ditentang dan ditolak oleh bangsa Quraisy, Dengan alasan bahwa mereka tidak dapat
meningggalkan agama yang telah mereka warisi dari nenek moyang mereka, dan
sudah menjadi bagian dari tradisi kehidupan mereka.
Pada saat itulah Rasulullah
mengingatkan mereka akan perlunya membebaskan pikiran dan akal mereka dari
belenggu taqlid. Ketika Nabi SAW mencela tuhan-tuhan mereka, membodohkan
mimpi-mimpi mereka, dan mengecam tindakan taqlid buta kepada nenek
moyang mereka dalam menyembah berhala, mereka menentangnya dan sepakat untuk
memusuhinya, kecuali pamannya Abu Thalib yang membelanya.
Kaum Quraisy menolak dan
berusaha menghentikkan dakwah Rasulullah dengan berbagai cara :
1.
Terhadap
budak-budak yang telah masuk Islam, tuan-tuannya wajib untuk menghukum dan
menyiksanya.
2.
Melempari
Nabi Muhammad Saw dengan kotoran dan isi perut kambing.
3.
Mengusulkan
kepada Nabi Muhammad Saw agar permusuhan dihentikan dengan cara suatu saat
orang kafir Quraisy mengikuti ibadah orang Islam, tetapi orang Islam di lain
waktu harus mengikuti ibadah mereka.
Namun semua itu tidah berhasil menghentikan dakwah
Rasulullah, bahkan tantangan-tantangan yang berat lagi dilakukan oleh kaum
Quraisy untuk menghentikan dakwah Rosullullah Saw. Diantaranya adalah
Pemboikotan keluarga Nabi SAW dan pengikutnya, dan upaya pembunuhan
terhadap Rosullullah Saw.
Setelah dakwah terang-terangan itu pemimpin Quraisy
mulai berusaha menghalangi dakwah Rasul. Semakin bertambahnya jumlah pengikut
Nabi, semakin keras tantangan yang dilancarkan kaum Quraisy.
Faktor-faktor
yang mendorong Quraisy menentang seruan Islam
Menurut Ahmad Syalabi, Dengan mempelajari dan mengerti bagaimana
kehidupan bangsa Arab, dapatlah kita menyimpulkan sebab-sebab yang mendorong
kaum Quraisy menentang agama Islam yaitu sebagai berikut :
1.
Persaingan
merebut kekuasaan
Kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian
dan kekuasaan, atau antara kenabian dan kerajaan. Mereka mengira tunduk kepada
agama Muhammad berarti tunduk kepada kekuasaan Abdul Muthalib. Sedangkan
suku-suku bangsa arab selalu bersaingan untuk merebutkan kekuasaan dan
pengaruh. Sebab itu bukanlah hal yang mudah bagi kaum quraisy untuk menyerehkan
kepemimpinan kepada Muhammad karena menurut mereka berarti suku-suku bangsa
arab akan kehilangan kekuasaan dalam masyarakat.
2.
Penyamaan
antara hak antara kasta bangsawan dan kasta hamba sahaya
Bangasa arab hidup dengan system kasta, tiap-tiap
manusia digolongkan dalam kelompok kasta yang tak boleh dilampauinya. Tapi
seruan nabi Muhammad membrikan hak yang sama kepada manusia, yang merupakan
suatu dasar yang penting dalam agama islam, agama islam memandang sama antara
hamba sahaya dengan tuannya.
3.
Takut
dibangkitkan dari alam kubur
Agama Islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat
manusia akan dibangkitkan dari dalam kuburnya dan semua amal pernebuatan
manusia akan di hisab, orang-orang yang berbuat baik maka Allah akan
membalasnya dengan surga akan tetapi orang yang berbuat jahat akan dibalas
dengan neraka. Kaum Quraisy tidak dapat menerima agam Islam yang mengajarkan
manusia akan dibangkitkan kembali sesudah mati.
4.
Taklid
kepada nenek moyang
Para kaum Quraisy taklid secara membabi buta
terhadap nenek moyangnya dan mengikuti langkah-langkah mereka dalam prersoalan
peribadatan dan tingkah laku adalah suatu yang telah berurat dan berakar pada
bangsa Arab. karena itu, sangat beratlah terasa bagi mereka meninggalkan agama
nenek moyang dan mengikuti agama baru yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Mereka berkata: “Apabila dikatakan kepada mereka” Marilah mengikuti apa yang
diturunkan Allah dan mengikuti Rasul. “Mereka menjawab: cukuplah untuk kami apa
yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya. Dan apakah mereka itu akan
mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
apa dan tidak pula mendapat petunjuk?
5.
Memperniagakan
patung
Salah satu dari usahaa orang Arab dahulu adalah
memahat patung yang menggambarkan Latta, Uzza , Manna , dan Hubal.
Patung-patung itu mereka jual kepada Jamaah Haji, mereka membelinya supaya
mendapat berkat atau untuk kenang-kenangan. Tetapi agama Islam melarang
menyembah memahat dan menjual patung, karena itu saudagar-saudagar patung
memandang agama Islam sebagai penghalang rezeki mereka, oleh karena itu, mereka
menentang agama Islam.
Fase-fase
tantangan Quraisy terhadap agama Islam
Pada permulaan Islam, kaum Quraisy belumlah
mencurahkan perhatiannya terhadap umat Islam mereka mengira bahwa seruan Nabi
Muhammad itu hanya satu gerakan yang tidak akan bertahan lama untuk akan lemah
dan akan punah dengan sendirinya. Akan tetapi, alangkah terkejutnya mereka
melihat dengan cepat memasuki kehidupan rumah tangga mereka dan hamba sahaya
yang dulu mereka anggap derajatnya terlebih sebagai harta benda telah menerima
pula seruan itu dan telah menerima pula seruan itu dengan baik. Pertama sekali
mereka halangi para hamba sahaya dan orang-orang yang lemah seperti Yasir dan
putranya Ammar serta istrinya Summayyah, begitu juga Bilal, Habab Ibnu Haris
dan lainnya mendapat siksaan yang berat diluar prikemanusiaan. Akan tetapi Nabi
SAW tidak mendapatkan siksaan karena Bani Hasyim memiliki kedudukan yang tinggi
pada pandangan mereka dan Rasul sendiri mendapat perlindungan dari pamannya Abu
Thalib. Akan tetapi, seruan Nabi bertambah tersiar dan bangsawan Quraisy mulai
banyak yang masuk.
Ketika
Nabi SAW melihat pada yang dialami para sahabat atas gangguan dan siksaan dari
para kafir Makkah, Nabi SAW memerintah para sahabatnya untuk hijrah ke Habasah,
pada tahun itu berangkatlah 10 laki-laki dan 5 perempuan, diantaranya Usman bin
Affan dan istrinya Roqaiyah binti Rasulullah SAW. Setelah tiga bulan mereka
pulang kerena gangguan negri tersebut dan sedikitnya jumlah mereka. Inilah
awalnya hijrah dalam Islam.
Pada
tahun kelima kenabian, dua pembesar Quraisy yang terkenal dengan kekuatan dan
keberaniannya, yaitu Umar bin Kattab dan Hamzah bin Abdul muthtalib. Nabi dan
umat Islam sangat senang dengan masuknya dua orang tersebut kerena Islam mulai
menjadi kuat.
Setelah
Nabi dibaikot, Nabi SAW menyuruh para muslimin hijrah ke Habasah untuk kedua
kali pada tahun ketujuh kenabian. Pada tahun ini, berhijrah, 73 laki-laki dan
11 perempuan. Mereka bertemu dengan orang-orang Islam Yaman.
Dengan cacatan sejarah, Kaum
Quraisy tidak berani menyakiti Nabi Muhammad SAW, karena beliau mendapatkan
perlindungan dari pamannya Abu Thalib yang sangat disegani oleh kaum Quraisy.
Abu Thalib memiliki pribadi yang sangat khas yaitu di satu sisi membenarkan
islam membela keponakannya. Namun pada kenyataannya tidak pernah mengikuti apa
yang dibelanya sampai ia meninggal. Setelah istrinya Khodijah meninggal
dunia demikian juga pamannya. Kaum Quraisy meningkatkan perlawananya terhadap
dakwah nabi Muhammad Saw. Tahun itu disebut dengan tahun kesedihan atau ‘Amul
Khuzni. Kaum Quraisy memboikot kaum muslimin dengan menggantungkan
piagam diatas ka’bah, agar mereka tidak berhubungan dengan kaum muslimin
dan keluarga Nabi.
Setelah
kematian paman dan istri beliau, kaum Quraisy menambah gangguan dan siksaan
kepada Nabi Saw. Maka beliau melakukan hijrah ke tha’ib dengan ditemani zaid
bin Tsabit. Namun nabi SAW tidak mendapat sambutan yang baik, malah Nabi
mendapat penduduk negri tersebut.
Pada
tahun 11 dari kenabian, untuk memuliakan dan mengobati kesedihan Nabi yang
ditinggal dua orang yang sangat dicintai beliau. Allah SWT memuliakan beliau
dengan isra dan mi’raj. Isra adalah menujunya Nabi SAW pada waktu malam
dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso. Mi’raj addalah naiknya Nabi SAW ke
alam tertinggi bertemu dengab Allah. Pada waktu itu turunlah kewajiban sholat.
Pada malam itu Nabi SAW ditemani Jibril.
Pada
tahun 11 juga datang rombongan berjumah enam orang dari yastrib untuk melakukan
haji. Mereka bertemu dengan Rasulullah, dan mereka memba’iat beliau dengan
syarat:
a. Tidak mensekutukan Allah.
b. Tidak mencuri.
c. Tidak berzinah.
d. Tidak membunuh anak-anak mereka.
Kejadian
ini disebut Bai’ah Aqobah al-Ulaa. Selain itu Nabi juga mengirim orang yang
akan melajarkan Islam kepada kaum mereka.
Pada
tahun 13 kenabian, datang 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan dari arab
Madinah ke Makkah untuk melaksanakan haji. Mereka juga bertemu dengan
Rasulullah dan membai’at beliau dengan landasan bahwa mereka menyembah Allah
dan mereka menawarkan perlindungan kepada Nabi jika beliau bersedia hijrah
bersama mereka. Kejadian ini disebut Bai’ah Aqobah Tsani.
Ketika
mengetahui kaum Quraisy tersebarnya Islam ke Madinah, mereka semakin keras
menyiksa kaum muslim di Makkah. melihat demikian, Rasulullah memerintahkan para
muslimin Makkah untuk berhijrah ke Madinah. Para muslimin akkah pun pergi
dengan diam-diam kerena mereka takut apabila kaum Quraisy melihat, mereka akan
menghalang-halangi dan mencegah.
Ketika
mendengar para muslimin Makkah telah berhijrah dan adanya pertolongan untuk
orang Islam dari Arab Madinah, kaum Quraisy merencanakan pembunuhan kepada Nabi
SAW, maka Allah memerintahkan kepada beliau untuk berhijrah juga. Dengan
ditemani Abu Bakar beliau berangkat ke Madinah setelah terlepas dari rencana
pembunuhan. Namun tidak mudah bagi nabi untuk berhijrah, setelah mengetahui
kaum akan lepasnya Nabi dari pembunuhan. Mereka tidak menyerah sampai di situ,
tapi mereka mengirim pasukan untuk menangkap Rasulullah baik hidup atau mati.
Namun kehendak Allah yang berlaku, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba dengan selamat
dan sambutan yang luar biasa dari penduduk Madinah.
Nabi
memilih kota Madinah ( Yastrib ) sebagai tempat hijrah kaum Muslimin,
dikarenakan beberapa faktor antara lain :
- Madinah adalah tempat yang paling dekat dengan Makkah
- Sebelum jadi Nabi, Muhammad telah mempunyai hubungan yang baik dengan penduduk Madinah karena kakek nabi, Abdul Mutholib, mempunyai istri orang Madinah
- Penduduk Madinah sudah dikenal Nabi bahwa mereka memiiki sifat yang lemah lembut
- Nabi Muhammad SAW mempunyai kerabat di madinah yaitu bani Nadjar
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Makkah
adalah salah satu tempat mulia
menurut Islam, bahkan sebelum datangnya Islam. Ditambah lagi dengan lahirnya
orang yang paling mulia.
Melihat sejarah dari lahirnya Nabi SAW, kita
dapat mengambil ibroh beginilah kehidupan
beliau hingga menjadi Rasul dan
kesabaran beliau dalam berdakwah, walaupun gangguan datang silih berganti beliau tidak
gentar. Dan dapat kita lihat juga, seseorang yang berdakwah, selalu di tentang
oleh orang-orang yang berdekatan dengannya tapi malah orang yang jauh mendukungnya.
b. Saran-saran
Semoga dengan adanya makalah ini, teman-teman dapat mengetahui bagaimana
awal dakwah yang dilakukan oleh Nabi
agar kita bertambah cinta dengan beliau. Jangan pernah bosan untuk
mempelajarinya, kerena di dalamnya terdapat ilmu-ilmu. Terakhir, marilah kita
teladani kehidupan beliau semampu kita
DAFTAR PUSTAKA
1. Ali, K. 2003. SEJARAH ISLAM (Tarikh
Pramodern). Jakarta: PT RajaGrafindo persada.
2.
Sa’id, Muhammad. 1995. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Robbani Press.
3.
Yatim, Badri. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT
RajaGrafindo persada.
4.
Abdul Jabbal, Umar. Kholasah Nurul Yaqin. Surabaya: maktabah Salim
bin Said Nabhan.
5.
Al-Hidhri, Muhammad. 2003. Nurul Yaqin. Bairut: darul fikr.
[2] Umar Abdul Jabbal. KHOLASAH NURUL YAQIN.
Surabaya: maktabah Salim bin Said Nabhan. hal 6.
[3] Sebelumnya Nabi pernah menyusu dengan Tsuaibatul Aslamiyah.
Umar Abdul Jabbal. Kholasah Nurul Yaqin. hal 7.
[8] Muhammad Sa’id Ramadhan al Buthi, SIRAH
NABAWIYAH, (jakarta: Robbani Press, 1995, cetakan ketujuh) hal. 60.
[9] Kaum arab berselisih siapa yang berhak
meletakan hajar aswad, hampir-hampir mereka berperang hingga ada usulan siapa
yang terdahulu masuk pada waktu subuh ke mesjid, ia yang berhak meletakan hajad
aswad ketempatnya. Ternyata mereka memperdapati Nabi Muhammad, semuanya ridho
dengan beliau. Kemudian nabi membentang selendangnya dan meletakan hajar aswad
di atasnya. Beliau menyuruh para pemuka suku mengangkat masing-masing ujung
selendang beliau. Kemudian nabi mengangkat dan meletakan hajar aswad dengan
tangannya yang mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar