PENDAHULUAN
A.
LATARBELAKANG
Dalam sejarah perkembangan agama Islam di Nusantara, ada beberapa
tokoh Islam yang dikenal sangat dipengaruhi oleh ajaran sufi dari Al Hallaj. Di
tanah Jawa kita mengenal tokoh sufi yang bernama Syeikh Siti Jenar, atau sering
juga dikenal dengan panggilan Syeikh Lemah Abang. Syeikh Siti Jenar ini dalam
beberapa penelitian para ahli dikatakan salah satu wali dari sembilan wali yang
dianggap menjadi penyebar agama Islam di Nusantara. Tetapi, dalam beberapa
penelitian ahli lainnya, Syeikh Siti Jenar dianggap bukan salah seorang dari
sembilan wali tersebut. Namun, yang jelas, kisah hidup Syeikh Siti Jenar hampir
mirip dengan Al Hallaj di tanah Persia. Syeikh Siti Jenar juga dihukum mati
oleh para wali karena dianggap telah menyesatkan umat dengan ajaran
“Manunggaling Kawulo Gusti”, atau paham kesatuan antara mahluk dengan Tuhan.
Ajaran “Manunggaling Kawulo Gusti” dari Syeikh Siti Jenar ini mirip dengan
ajaran “Wahdatul Al Wujud” yang dikembangkan dan dipraktekkan oleh Al Hallaj.
Namun, dalam perkembangan berikutnya, juga ada seorang tokoh sufi
lain di Nusantara yang juga dipengaruhi sangat kuat oleh paham Wahdatul Wujud
dari Al Hallaj ini, yaitu seorang putra Aceh yang bernama Syeikh Hamzah
Fansuri.
RUMUSAN MAKALAH
1.
Siapakah
Hamzah Fansuri ?
2.
Bagaimana
ajaran Hamzah Fansuri ?
TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH
1.
Mengetahui
biografi Hamzah Fansuri
2.
Mengenal
ajaran Hamzah Fansuri
BIOGRAFI
Hamzah Fansuri adalah seorang sufi dari Aceh yang hidup pada penghujung abad ke XVI (1588-1604) masa kekuasaan Alauddin Ri’ayat Syah. Menurut para peneliti dan ahli
sejarah Aceh, waktu dan tempat kelahiran Hamzah Fansuri tidaklah diketahui[1].
Setelah belajar di kampung sendiri (Aceh),
beliau melanjutkan perburuan ilmu ke daerah Jawa[2],
India, Persia,
Arab dan Timur Tengah. Kerena pengembaraan
tersebutlah, beliau menguasai beberapa bahasa seperti Arab, Persia dan Melayu.
Sepulangnya dari menuntut ilmu, beliau mulai mengajar di Barus, kemudian di Banda Aceh, dan terakhir
beliau mendirikan Dayah (Madrasah) di daerah tempat lahirnya, dekat Rundeng
(Singkel). Beliau memiliki banyak murid, tetapi yang paling terkenal adalah
Syamsudin Sumatrani . Hamzah Fansuri dikenal
sebagai seorang sufi yang zuhud dan banyak menguasai ilmu seperti ilmu fiqih,
tasawuf,
filsafat, sastra, dan bahasa.
Karangan-karangan Hamzah Fansuri yang berupa
kitab ilmiyyah di antatanya :
1. Asrar al-Arifin
fi bayani ilmi al-suluki wa at-Tauhid
2. Syarb
al-Asyiqin
3. Al-Muhtadi
4. Ruba’i Hamzah
Al fansuri
Selain sebagai sufi, Hamzah Fansuri juga
terkenal sebagai pujangga besar Melayu. Beliaulah
penyair Melayu pertama yang menggubah syair-syair bersifat agama. Syair-syair beliau yang tercatat dalam ke
sastraan Melayu/Indonesia :
1. Syair Burung Pingai
2. Syair Dagang
3. Syair Pungguk
4. Syair Sidang Faqir
5. Syair Ikan Tongkol
6. Syair Perahu
Karya-karya Hamzah Fansuri baik berbentuk
Syair atau prosa banyak menarik perhatian para serjana barat (orientalis barat)
maupun sarjana setempat untuk mempelajarinya, di antaranya Prof. Muhammad
Naquib, Prof. A. Teeuw,R.O. Winstedt, dan J. Doorenbos.
Adapun waktu kematiannya tidak diketahui
secara pasti, tapi ada yang menyebutkan beliau di wafat di Barus sekitar tahun 1607-1610 M.
Semasa hidupnya, Syeikh Hamzah Fansuri bukan hanya seorang ulama
tasawuf dan sastrawan terkemuka, tetapi juga seorang perintis dan pelopor
keilmuan dan kebudayaan Melayu. Kritik-kritiknya yang tajam terhadap prilaku
politik dan moral raja-raja, bangsawan dan orang-orang kaya menempatkannya
sebagai seorang sufi yang berani pada jamannya. Karena itu tidaklah mengherankan
apabila kalangan istana Aceh tidak menyukai kegiatan Syeikh Hamzah Fansuri dan
pengikutnya. Ada ulama yang mengatakan Hamzah
penganut Syiah yang sesat, dan tidak kurang pula meyakini bahawa dia mengikut
Mazhab Imam Syafi’i dalam bidang fiqih
dan mengamalkan tarekat Qadiriyah. Pegangan sufinya
sama saja dengan Abi Yazid Bisthami, al-Hallaj dan Abdul Karimal-Jili,yakin tidak mencampuradukkanajaran
sufi mereka dengan ahli sufi seperti Imam Ghazali dan sebagainya.
Ajaran-ajaran Hamzah Fansuri
Hamzah Fansuri menganut paham Wahdatul Wujud,
yaitu paham kesatuan antara Mahluk dan Tuhan. Dalam hal ini beliau sangat
dipengaruhi oleh para sufi seperti Muhyidin Ibnu Arabi, Abdul Karim Jili, Al
Hallaj. Beliau termasuk tokoh sufi yang sepaham
dengan al-hallaj[3].
Ajaran-ajaran Hamzah Fansuri dapat disimpulkan
:
1. Wujud, menurutnya yang disebut wujud itu
hanyalah satu, walaupun kelihatannya banyak. Wujud yang satu itu berkulit dan
berisi, atau ada yang mazhar (kenyataan lahir) dan ada yang batin. Ataupun
semua benda-benda yang ada ini, sebenarnya adalah merupakan pernyataan saja
daripada wujud yang hakiki, dan wujud yang hakiki itulah yang disebut Allah.
Wujud itu mempunyai tujuh martabat, namun hakikatnya satu. Martabat tujuh itu :
1. Ahadiyah (hakikat sejati dari Allah).
2. Wahdah (hakikat dari Muhammad).
3. Wahidiyah (hakikat dari Adam).
4. Alam arwah (hakikat dari nyawa).
5. Alam mitsal (hakikat dari segala bentuk).
6. Alam ajsam (hakikat tubuh).
7. Alam insan (hakikat manusia).
Semuanya berkumpul pada Ahadiyah (itulah Allah
dan itulah Aku).
2. Allah. Menurut Hamzah, Allah adalah Dzat yang
mutlak dan qadim, sebab pertama dan pencipta alam semesta. Dalam Asrar
Al-Arifin beliau menulis : “ketika bumi dan langit belum ada, surga dan neraka
belum ada, alam sekalian ada, apa yang ada pertama? Yang pertama adalah Dzat,
yang ada pada dirinya sendiri, tiada sifat dan tiada nama, itulah yang
pertama”.
3. Penciptaan. Menurutnya sebenarnya hakikat dari
Dzat Allah itu adalah mutlak dan la ta’ayyun (tidak bisa
ditentukan/dilukiskan). Dzat yang mutlak itu mencipta dengan cara menyatakan
diri-Nya dalam suatu proses penjelmaan dengan tanazzul[4]
dan taraqqi[5].
4. Manusia. Sebagai tingkat terakhir dari
penjelmaan, manusia adalah tingkat yang paling penuh dan sempurna
(aliran/pancaran langsung dari Dzat yang mutlak). Hal ini menunjukkan adanya
semacam kesatuan antara Allah dan manusia.
5.
Kelepasan. Manusia sebagai makhluk penjelmaan yang
sempurna dan berpotensi untuk menjadi insan kamil. Kerena gaflah (lalai)
maka pandangannya kabur dan tiada sadar bahwa seluruh alam semesta ini hanya
palsu dan bayangan[6].
Beliau sangat giat mengajarkan ilmu tasawuf
menurut keyakinannya, beliau terkenal di Pulau Jawa. Setelah beliau wafat,
muncul seorang ulama ortodoks yang menentangnya, beliau Nuruddin Ar Raniri.
Orang awam sekali lagi hilang pedoman untuk pegangan, kerena disalahkan itu
adalah seorang ulama besar, demikian halnya dengan si penantang bukan orang
sembarangan. Akan tetapi mereka yang mantap ilmu tasawufnya mengertilah mereka
bahwa ilmu tasawuf yang bersifat bathini tidaklah akan diperdapat pada semua
ulama syari’at. Kalaupun ada sangat jarang sekali.
KESIMPULAN
Selain siti jenar, ternyata masih banyak orang
yang menganut paham wahdatul wujud Al-Hajaj di negri kita ini, Seperti tokoh
yang kita bahas ini. Namun semua itu hanya aliran tasawuf yang menurut sebagian
orang sesat, tetapi menurut orang lain itu adalah suatu kebenaran. Hendaklah
semua itu tidak dijadikan sebab untuk perpecahan umat. Kerena jalan menuju
Allah sangat banyak dan semuanya tergantung orangnya untuk mengambil jalan yang
mana. Yang dibutuhkan umat sekarang ini adalah persatuan di bawah bendera Islam.
Marilah kita sebagai para pemuda Islam
menggalang persatuan agar ajaran Islam menjadi lebih tinggi dan di kenal
umatnya
DAFTAR PUSTAKA
1.
Abdullah, Hawash. Perkembangan ilmu tasawuf dan
tokoh-tokohnya di nusantara. Surabaya: Al Ikhlas.
2.
Mulyati, Sri. 2006. Tasawuf Nusantara. Jakarka: Kencana.
3.
http://www.oneearthmedia.net/ind/?p=379
[1] Ada sebagian ahli mengatakan ia lahir di negeri Barus yang waktu
itu masuk dalam kerajaaan Aceh (sekarang termasuk salah satu daerah di Provinsi Sumatera Utara). Prof. A. Hasjmy dari Aceh berpendapat bahwa Hamzah Fansuri lahir di daerah Fansur (suatu kampung
yang terletak di antara Kota Singkel dengan Gosong Telaga (Aceh Selatan) dan daerah ini dikenal pada saat kerajaan Aceh Darusalam
sebagai pusat pendidikan).
[3] Bayazid dan al-Hallaj
merupakan tokoh idola Syeikh Hamzah Fansuri di dalam cinta dan ma’rifat,
dipihak lain Syeikh Hamzah Fansuri sering mengutip pernyataan dan syair-syair
Ibnu Arabi serta “Iraqi” untuk menopang pemikiran kesufiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar